Ratusan Mahasiswi yang mengatasnamakan Front Morotai Menggugat, kembali melakukan Demonstran Jilid II di sejumlah perkantoran Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, terkait dengan Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). pada Senin (18/04).
Aksi demonstrasi yang merupakan gabungan dari organisasi mahasiswa seperti KNPI, HMI, PMII dan GMKI, LMND, PB-Hippmamoro, Samurai dan IMM, mereka mendesak Pemda Morotai segera menindak para mafia minyak di Morotai yang sengaja menaikan harga BBM jenis Pertalite diatas harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan.
Ada dua titik yang menjadi sasaran aksi mahasiswa yakni Kantor Disperindagkop-UKM dan Kantor Pemerintahan Terpadu Pulau Morotai.
Perlu diketahui surat edaran yang dikeluarkan oleh Sekda untuk meminimalisir naiknya BBM jenis Pertalite tidak berdampak apa-apa bagi masyarakat Morotai, karena saat ini harga Pertalite banyak dijual diatas harga normal, yang harusnya Rp 10 ribu per liter, malah dijual sampai dengan harga Rp 13 sampai 14 ribu per liter.
“Di Kecamatan Morotai Selatan saja seperti Desa Aha, ada yang jual Rp 13 ribu per liter, Morotai Timur juga Rp 13 ribu per liter, Morotai Jaya berkisar sampai Rp 15 ribu per liter,” ungkap Faisal Habeba, korlap aksi.
Amatan zonamalut.id, aksi Front Morotai Menggugat di kantor pemerintahan nampaknya tidak berlangsung lama. Pasalnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Morotai Muhammad Umar Ali, langsung menyambangi masa aksi untuk dialog atau hearing terbuka di halaman kantor bupati.
Dihadapan pendemo, Sekda berjanji akan menindaklanjuti semua tuntutan yang disampikan masa aksi.
“Semua laporan ini kami terima, dan kami akan evaluasi, kasih kami waktu. Kalau adik-adik punya bukti masukan ke kami, kami siap tindaklanjuti,” ucap Sekda.
Setelah berdialog, para pendemo langsung membubarkan diri dengan aman. Namun, mereka akan kembali menagih janji Sekda dalam dua hari kedepan.
“Untuk morotai selatan, kami minta besok kami sudah terima hasilnya seperti apa, dan secara keseluruhan kami akan pertanyakan nanti di hari Senin mendatang,” tegas pendemo.
Penulis: Faisal Kharie