Film NANEL Angkat Kuliner Rempah dan Tradisi Suku dari Halmahera Barat

Wakil Bupati Djufri Muhamad foto melakukan foto bersama pemeran dan kru Nanel || Foto: Erdhit

JAILOLO — Film NANEL ” Impian Dalam Rempah” berhasil mendapatkan perhatian luas dari masyarakat Indonesia. Kini film yang disutradarai oleh Haris Atid ini, telah ditonton 3,9 ribu kali setelah di upload melalui youtube Jalur Rempah RI.

Film ini merupakan sebuah film yang diproduksi hasil kerjasama gabungan enam Komunitas Penggiat Budaya di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dalam program Festival Jalur Rempah Nasional yang bertemakan “Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia” yang diselenggarakan Kemendikbud RI.

Keenam komunitas yang terlibat dalam pembuatan film tersebut diantaranya, Genpi Halbar, Gekrafs Halbar, Sasadu Photowork, KT Lapasi, Jailolo View, dan Reaktif. Anggotanya banyak berisi anak-anak muda asli Halmahera Barat yang mempunyai semangat tinggi dalam berkarya.


NANEL “Impian Dalam Rempah”, Film Pendek Karya Anak Halmahera Barat


Melalui program tersebut, mereka mengusulkan pembuatan film tentang kuliner rempah dan tradisi suku-suku di Halmahera Barat.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Barat, Lutfi Ali mengatakan, tujuan judul film ini diangkat untuk membangun harapan kejayaan kepulauan rempah di Maluku Utara.

“Ini akan menjadi sebuah kekuatan masa depan, untuk ketahanan pangan, pembangunan budaya, dan peningkatan ekonomi yang akan mensejahterahkan masyarakat Halmahera Barat khususnya, dan Maluku Utara pada umumnya,” katanya.

Disamping itu, kata dia, menjadi ruang untuk membangun potensi kekayaan alam dan kuliner serta budaya di Halmahera Barat.

Ia bilang, film ini adalah ide cerita dari Haris Atid, yang menceritakan kisah seorang anak gadis desa Worat-Worat yang hidup dengan ayahnya. Namanya Risya.

Impian ayahnya untuk memberikan kebahagiaan kepada Risya agar menjadi orang sukses. Demi hal tersebut, ayahnya yang sudah mulai sakit-sakitan tetap bersemangat untuk bertani rempah buah pala hingga beliau menghembuskan nafas terakhir.

Kesedihan begitu merasuk dalam jiwa Risya, apalagi dia dipaksa sang paman untuk menikah di usia muda. Akan tetapi semangat yang masih ada dalam diri Risya bangkit untuk membuktikan bahwa perempuan Halmahera adalah perempuan tangguh dan gigih.

Risya kemudian bisa membuktikan bahwa orang Halmahera yang sering dijuluki sebagai orang kampung bisa menjadi yang terbaik. Meskipun demikian kesuksesan Risya tak luput dari semangat Ayahnya yang telah pergi mendahuluinya.

“Cerita ini diangkat untuk menunjukkan Halmahera Barat sebagai salah satu bumi rempah Maluku Utara yang secara histori menjadi daerah persinggahan bangsa asing untuk mencari rempah-rempah,” katanya

Selain itu, di Halmahera Barat, kata dia, masih memiliki peninggalan tradisi seperti makan adat Orom Sasadu, tenun khas suku Sahu, tarian Legu Salai, sistem barter bahan makanan, kuliner khas (seperti ikan kuah kuning, pisang Mulu bebe dan teh rempah) dan produk khas rempah (sirup rempah pala) yang memiliki nilai promosi dan edukasi untuk setiap orang yang menyaksikan film ini.

“Dimana pesan yang disampaikan dalam film ini agar selalu menghormati dan menghargai perbedaan, sebagai generasi muda harus punya jiwa semangat, tolak nikah dibawah umur dan tetap menjaga dan melestarikan warisan nenek moyang sebagai aset masa depan,” tuturnya.

Film NANEL “Impian Dalam Rempah” di mata Wakil Bupati Halmahera Barat

Wakil Bupati Halmahera Barat, Djufri Muhamad usai menyaksikan film tersebut mengatakan, sangat menginspirasi karena dapat mempromosikan budaya termasuk potensi rempah-rempah di Halmahera Barat. Selain itu, memberikan motivasi advokasi kepada anak muda.

“Jadi film pendek karya anak-anak Halmahera Barat sangat luar biasa,” terangnya.

Orang nomor dua di Pemkab Halmahera Barat ini berharap film ini dapat diputar di setiap sekolah.

“Biar ada sprit terhadap adik-adik yang lain untuk bisa berjuang di dunia pendidikan,” ujarnya.

Ketua DPD NasDem Halmahera Barat ini, berjanji akan segera memeberikanmu dana kepada enam komunitas penggiat kebudayaan yang sukses dalam membuat film mulai dari penyiapan naskah, syuting film hingga pemutaran yang digelar secara terbuka di Aula Bidadari hari ini.

“Kita akan suport anggarannya pada tahun depan supaya muncul lagi film-film yang nuansanya lokal asli Halmahera Barat. Selain kebudayaan potensi daerah juga diangkat,” harapnya.


Editor: Zulfikar Saman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *