Sejumlah guru dan siswa siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri I Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, kompak melakukan aksi pemboikotan, pada Senin (18/09).
Pemboikotan yang dilakukan oleh para guru siswa siswi ini sebagai bentuk penolakan, Sofyan Baba kembali menjadi Kepala Sekolah (Kepsek) SMK I Morotai.
Aksi penolakan Kepsek oleh belasan guru itu lantaran selama 12 tahun menjabat terdapat banyak masalah yang dibuat, baik terhadap para guru honorer maupun program sekolah.
Data dikantongi wartawan, pemalangan yang dilakukan itu terdapat di sejumlah ruangan baik ruang siswa, ruang guru maupun ruang yang biasa di pakai oleh Sofyan telah dipasang dengan menggunakan papan dan kayu.
Di depan pagar tepatnya jalan masuk sekolah juga di pasang baliho yang cukup panjang. Terlihat juga sejumlah tulisan di dinding sekolah yang bertuliskan 12 tahun cukup, tolak Sofyan Baba yang lain lagi, jangan dia lagi.
Sementara spanduk yang dipasang tepatnya di gerbang masuk bertuliskan “Menolak kedatangan Sofyan Baba sebagai Kepsek SMK I, jika dipaksakan kami seluruh dewan guru akan melakukan mogok mengajar dan honorer akan undur diri stop memimpin kami”.
Di spanduk lainnya, para guru juga menuliskan Gubernur Malut tolong kami ingin sekolah ini maju, sudah cukup 12 tahun kami tertindas, tolak Sofyan Baba.
Tidak hanya spanduk, ratusan siswa siswi juga membuat sikap yang sama dengan membentangkan sejumlah pamflet yang menuliskan penolakan terhadap Sofyan Baba untuk kembali menjabat sebagai Kepsek SMK I.
Bahkan, Sofyan saat lewat di depan sekolah juga sempat diteriaki oleh siswa agar berhenti menjadi Kepsek.
Sahril Sibua, koordinator aksi dewan guru mengatakan, pengangkatan kembali Sofyan Baba sebagai Kepsek SMK I itu sudah sangat mencederai semangat para guru untuk mengabdi.
Karena selama 12 tahun, Sofyan dianggap tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola sekolah terutama soal anggaran.
Banyak gaji para honorer dikebiri olehnya. Gaji honorer dikebiri, biasa terima dalam setahun itu hanya 6 bulan, 6 bulannya lagi tidak dikasih.
“Ini bentuk penzaliman, karena sudah berkali-kali dilakukan oleh kepsek, sehingga tindakan ini harus dilawan karena menyengsarakan kami sebagai guru honorer,” ungkap Sahril.
Terkait manajemen sekolah, kata Sahril, selama Sofyan menjadi Kepsek, tidak ada siswa yang berprestasi di bidang ekstra kulikuler.
Karena dirinya tidak mau ada kegiatan diluar, sehingga sangat merugikan potensi siswa.
“Manajemen sekolah sangat parah sekolah tidak maju, sampai hari ini guru basic/jurusan disarankan tidak pernah ditanggapi. Bahkan Sofyan bilang dalam satu sekolah 3 guru pun bisa berjalan,” katanya
Sahril bilang, padahal baru 2 bulan pihak Pemprov Malut melantik Kepsek yang baru.
“Tiba-tiba tanpa kejelasan, kepsek yang baru dilantik itu diberhentikan dan digantikan dengan Sofyan Baba, yang notabenenya adalah Kepsek yang bermasalah,” terangnya
Sementara itu, salah satu guru lainnya, Al, lantas menyentil anggaran dari pusat untuk 40 siswa di tahun 2023 yang hingga kini tidak di terima oleh siswa.
Bahkan, termasuk bantuan Kapal ke SMK untuk praktik siswa juga hingga kini tidak jelas.
“Diduga bantuan kapal tersebut hanya untuk kepentingan pribadi Kepsek,” ucap Al.
Diketahui, aksi pemboikotan itu terdapat beberapa pernyataan sikap sebagai berikut:
1. Mendesak kepada Kadikjar dan Gubernur Malut, untuk segera mencabut atau membatalkan SK pengangkatan Sofyan Baba menjadi Kepsek.
2. Jika tidak, akan memboikot seluruh aktifitas belajar mengajar dan jika tetap dipaksakan juga, SMK yang kebanyakan adalah guru honor itu akan siap mengundurkan diri dari sekolah tersebut.
Terpisah, Kepsek SMK Negeri I Pulau Morotai, Sofyan Baba, ketika dikonfirmasi membenarkan adanya aksi pemboikotan oleh oknum guru dan sejumlah siswa.
“Iya benar, ada aksi pemboikotan oleh oknum guru dan beberapa siswa,” jeles Sofyan.
“Sebagai Kepsek, saya menerima aksi itu dan siap menampung aspirasi itu,” sambungnya
Terkait aksi tersebut, Sofyan berharap agar aktivitas proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasanya.
“Karena jika ini dibiarkan berlarut-larut maka siswa yang akan menjadi korban, karena tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar,” harapnya
Penulis: Tim
Editor: Faisal Kharie