Koramil 1514-02/Bere-bere Dorong Pemanfaatan Pohon Aren untuk Tingkatkan Ekonomi Desa

Proses pembuatan gula aren di Desa Lusuo Kecamatan Morotai Utara || Foto: Istimewa

Dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan masyarakat dan pengolahan sumber daya alam.

Plh Danramil 1514-02/Bere-bere, Serka Darwono mengunjungi tempat pengolahan nira dari pohon aren yang menjadi potensi unggulan di Desa Lusuo, Kecamatan Morotai Utara Pulau Morotai, Maluku Utara, pada Minggu (23/06/2024).

Dandim 1514/Morotai, Letkol Arh Masykur Akmal ST.MT melalui Plh Danramil 1514-02/Bere-bere, Serka Darwono menyampaikan bahwa Koramil Bere-bere mendukung penuh kegiatan positif semacam ini.

“Pengolahan nira di Desa Lusuo harus menjadi contoh bagi desa-desa lainnya. Morotai memiliki banyak pohon nira, namun selama ini pemanfaatannya masih kurang optimal,” jelas Darwono.

“Nira memiliki peluang ekonomi yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika diolah dengan benar,” sambungnya

Menurut Darwono, kegiatan seperti ini tidak hanya meningkatkan perekonomian desa, tetapi juga melestarikan budaya lokal dalam pengolahan nira.

“Kami berharap kegiatan ini dapat menginspirasi desa-desa lain di Morotai, untuk memanfaatkan potensi lokal mereka dengan lebih baik,” harapnya

Sementara itu, Abtar Susa, Ketua Kelompok Pengolahan Nira, menjelaskan bahwa jumlah tungku yang digunakan sebagai tempat memasak nira saat ini sebanyak 34 buah.

Yang tersebar di beberapa titik, baik di area perkampungan maupun di sekitar perkebunan.

“Setiap tungku dioperasikan oleh dua orang pengrajin, dengan produksi gula aren yang bervariasi tergantung jumlah nira yang dipanen dari pohon-pohon aren,” kata Abtar.

Abtar menuturkan, proses pembuatan gula aren dimulai dengan menyiapkan tungku dan kayu bakar. Setelah siap, nira dituangkan ke dalam tungku sebanyak 60 hingga 80 liter, sesuai dengan ukuran tungku yang ada.

Kemudian campuran yang digunakan terdiri dari satu sendok makan minyak makan Bimoli atau satu genggam kelapa parut.

“Dari 80 liter nira bisa dihasilkan 20 hingga 30 buah gula merah seukuran batok kelapa, dengan proses perebusan yang memakan waktu sekitar 10 hingga 12 jam menggunakan api yang stabil dari kayu bakar,” ungkapnya

Selama proses perebusan, tambah Abtar, kemudian nira beberapa kali disaring untuk membuang busa. Setelah menjadi gula, nira yang telah dimasak dituangkan ke dalam cetakan dan di diamkan hingga mengeras.

“Satu buah gula merah bulat dijual seharga Rp 15.000 rupiah, dengan sistem penjualan melalui pendistribusian ke penampung gula merah di desa yang bekerja sama dengan para pengrajin melalui sistem satu pintu,” tutupnya


Penulis: Rilis
Editor: Faisal Kharie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *