Selang Waktu Dua Hari, 2 Ekor Dugong Ditemukan Mati Terdampar di Morotai

Proses evakuasi ikan dugong || Foto: Istimewa

Dalam berselang waktu dua hari, ikan Dugong ditemukan mati sebanyak 2 ekor di perairan pantai Desa Juanga Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.

Dimana, pada Selasa tanggal 22 Maret 2022 Nelayan Desa Juanga menemukan satu ekor ikan dugong dengan bobot berat badan 500 kg serta panjang 3 meter, dan hari ini Kamis (24/03) kembali ditemukan satu ekor ikan dugong dengan bobot berat badan sekitar 30 kg dan panjang kurang lebih 1 meter, tepatnya di depan Eks lokasi Sail Morotai Desa Juanga pada pukul 10.00 WIT.

Sekertaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pulau Morotai, Fachruddin M Banyo membenarkan adanya penemuan ikan dugong, dan saya langsung turut ke lokasi.

“Kejadian seperti ini selalu terjadi dan kami telah konfirmasi dengan intansi terkait termasuk balai konservasi sumberdaya alam, untuk menindak lanjuti kasus kematian anak dugong diperairan morotai, apakah faktor alam atau faktor lainnya,” jelas Fachruddin.

Koodinator Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) Morotai itu juga mengaku, saat kejadian dirinya bersama Danlanal Morotai dan anggota telah evakuasi dugong kelokasi pesisir pantai untuk penangan dan dikubur agar tidak berdampak pada lingkungan masyarakat.

“Saat kejadian saya bersama Danlanal langsung melakukan evakuasi ikan itu kemudian dikubur,” akunya

Ia berharap, balai kawasan konservasi dan intansi terkait termasuk perguruan tinggi untuk melakukan riset dan penelitian atas kematian dugong.

“Kami harap mereka cepat melakukan penelitian atas kematian ikan itu, karena pandang Korwil Ispikani rawan dan terancam punah populasi dan habitat dugong di jawasan konservasi perariran morotai, mulai dari Tanjung Dehegila sampai Pulau Rao,” harapnya

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pulau Morotai, Safrudin Manyila mengatakan, secara umum ada tiga faktor menyebabkan matinya dugong.

“Ada tiga faktor utama, pertama soal pencemaran, tapi di sini (Morotai) belum terjadi pencemaran, kedua sumber makanan. Namun, disini masih aman kemudian ketika cuaca ekstrim gelombang sehingga membuat terdampar dan mati,” kata Safrudin.

Masalah ini, kata Safrudin, telah disampaikan ke pihak Unipas Morotai agar melakukan kajian.

“Kemarin kan kita sarankan ke Unipas dalam hal ini dosen perikanan untuk dilakukan kajian soal populasi berapa sih dugon ada di Morotai, dan spot-spot dimana saja di diami mamalia ini dan harus dilindungi,” tugasnya


Penulis: Faisal Kharie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *