YPK Diminta Perhatikan Kondisi Bangunan SD GMIH IGO Halmahera Utara

Kondisi Atap Bangunan SD GMIH IGO , Kecamatan Loloda Utara || Foto: Istimewa

Pendidikan adalah kunci maju mundurnya sebuah bangsa. Bangsa yang berkembang dan maju mensyaratkan.

Salah satunya kebutuhan aspek pendidikan akan kondisi infrastruktur, seperti sekolah yang baik dan nyaman.

Namun ini masih sebatas harapan, tatkala masih banyak kita jumpai kondisi infrastruktur pendidikan yang tidak layak huni bagi para siswa dan gurunya.

Seperti yang terjadi di SD GMIH Desa IGO Kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.

Dimana, bangunan sekolah terdapat empat ruangan itu sebagai atap ruangan sudah rusak dan sangat memprihatinkan.

Terkait hal itu, Wilson Musa salah satu warga Loloda dan juga selaku aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Meminta agar pihak Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH).

Dapat memperhatikan kondisi bangunan gedung sekolah SD GMIH IGO di Kecamatan Loloda Utara.

“Kami minta ada perhatian khusus dari PYK,” ungkap Wilson kepada wartawan, Kamis (27/07).

Menurut Wilson, pihak yayasan seharusnya mempunyai peran yang penting untuk membantu masyarakat, meningkatkan kesejahteraan melalui pendidikan.

“Yayasan sebagai pemilik SD GMIH IGO, harusnya berfikir keras dengan adanya fasilitas sekolah dasar yang sudah semakin rusak,” timpalnya

Wilson mengatakan, SD GMIH IGO ini terdapat empat ruang belajar dan satu ruang perpustakaan.

Sejak tahun 2015 direnovasi oleh Desa, dan mengalami kerusakan di bagian atap di itu sejak 4 tahun terakhir, dan sempat dilakukan upaya perbaikan satu ruang bagian atap, agar proses belajar mengajar bisa tetap berlangsung.

Renovasi ini dilakukan di masa almarhum Pak Kepsek Roberto Motoh, dan selama 3 tahun terakhir kami mengupayakan untuk dilakukan permohonan bantuan renovasi ke pihak terkait.

Baik lembaga DPRD maupun Pemerintah Daerah pada tahun 2022, dan sudah ada wacana bahwa SD GMIH IGO akan ada bantuan pembangunan baru 4 lokal.

Sehingga Kepala Desa bersama BPD memutuskan dalam rapat, untuk menghibahkan lahan sebagai persyaratan pembangunan gedung baru.

“Namun entah kenapa, program ini tidak dijalankan,” tuturnya

Wilson bilang, saat ini proses belajar mengajar mengandalkan satu ruang belajar, yang pernah dilakukan perbaikan oleh Kepsek sebelumnya dan satu ruang perpustakaan.

Kondisi ini tentu sangat tidak memungkinkan, karena terkadang jika musim hujan proses sekolah tidak efektif karena atap sudah mulai bocor di dua ruang itu

“Jadi kerusakan sekolah ini mulai dari atap, plafon dan fasilitas sekolah lainnya,” terangnya

“Sangat di sayang, karena banyak pihak terkait terkesan saling lempar tanggungjawab,” pungkasnya


Penulis: Jovi Pangkey
Editor: Faisal Kharie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *